Rabu, 01 Februari 2012

Fisiologi Ginjal

  1. Arif Rahmadi K.Y   (A.101.15.005)
  2. Basuki Rahmad W  (A.101.15.009)
  3. Eko Budi H             (A.101.15.014)
  4. Hamsah M              (A.101.15.018)
  5. Heri Purwanto        (A.101.15.020)


Anatomi Ginjal
Letak
-  Di dalam ruang retroperitoneum dinding belakang abdomen, di kedua sisi columna vertebralis, di depan musculus psoas major.
-   Bentuk seperti  kacang, mempunyai facies anterior, posterior, margo median, lateral, polus superior, inferior.
-  Hilum renale (margo median) terdapat sinus renale berisi pelvis renalis, calices, pembuluh darah, serabut saraf, sedikit jaringan lemak.
-    Ukuran panjang 10-12 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm.
-    Posisi berdiri, ginjal memanjang VL I – IV, ginjal kanan lebih rendah (hepar).
-    Kutub atas kedua ginjal tertutup glandula suprarenal.
Struktur
-          Dibungkus oleh capsula fibrosa, masuk sinus renalis melanjutkan diri pada dinding calices, capsula adiposa, jaringan extraperitoneal yang membentuk facies renalis.
-   Bila ginjal dibelah, tampak parenkim ginjal dengan cortex renalis yang lebih pucat di bagian luar dan medulla renalis lebih gelap di bagian dalam.
-    Cortex renalis mengandung corpusculum renalis dan tubulus colligentes.
-    Medula renalis mengandung pyramides renalis dan columna renalis / septum renalis.
-   Pyramides renalis mengandung tubulus colligentes, mempunyai apex papila renalis menonjol ke dalam calyx minor.

Organ Penyusun Ginjal
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
  • Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/ terdiri dari korpus renalis/ Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
  • Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
  • Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal.
  • Processus renalis, yaitu bagian pyramid/ medula yang menonjol ke arah korteks
  • Hilus renalis, yaitu suatu bagian/ area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki/ meninggalkan ginjal.
  • Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
  • Calix minor, yaitu percabangan dari calix mayor.
  • Calix mayor, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
  • Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix mayor dan ureter.
  • Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Fungsi ginjal adalah
a)      Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
b)      Mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh.
c)      Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
d)     Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e)     Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f)     Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g)    Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Tahap Pembentukan Urine :
1.       Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permiabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s  serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.

2.  Reabsorpsi
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.

3.  Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

PENYAKIT DAN KETIDAKNORMALAN

Bawaan

Didapat



Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a. Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c. Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin

Daftar Pustaka
  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Kidney
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal
  3. http://filzahazny.wordpress.com/2008/02/23/ginjal/
  4. http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=302&uniq=2882
  5.  http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/03/ureter.jpg
  6. http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=302&uniq=2882
  7. file:///H:/fisio%20new/Struktur%20Ginjal%20%C%Ab%20ILMU%20PENGETAHUAN
6.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar